Monday, November 14, 2011

Menjadi Vegetarian = Selamatkan Anak Cucu Kita *Bumi

Oleh Ratna Salim dan Yanto 陈永城

di Sorotan Dunia

"Jadi sangatlah menyedihkan jika Anda telah mengetahui segala bukti lalu hanya berkata “Baiklah saya tahu, Anda benar soal lingkungan, kesehatan, dan hewan – tetapi saya tetap menyukai daging.”

Bumi kita sedang mengalami kehancuran karena kita makan terlalu banyak daging. Memelihara ternak untuk dimakan dapat mendatangkan malapetaka di Bumi. PBB mencatat bahwa produksi daging secara global telah meningkat hingga 5 kali dibandingkan 50 tahun yang lalu. Selain itu jumlah ini diprediksikan akan menjadi 2 kali lipat pada tahun 2050 mencapai 465 juta ton dari tahun 1999 yang berjumlah 229 juta ton. Jika prediksi ini benar-benar terjadi, maka kita akan menghadapi bencana lingkungan karena sumber daya alam kita tidak dapat menanggung dampak dari pola makan daging.

Pola makan dunia harus berubah. Jika tidak maka kita akan menghadapi bencana ciptaan kita sendiri. Kita harus beralih ke pola makan vegetarian. Itu adalah kode moral menjadi seorang manusia. Itu adalah sifat seorang manusia agung. Ini sangat mudah untuk dilakukan, terutama sekarang ini. Ada segala jenis cara untuk melakukannya. Pola makan daging tidak saja menyebabkan emisi gas rumah kaca paling besar ke dalam atmosfer planet, tetapi ada biaya lain dari konsumsi daging seperti biaya energi untuk transportasi, biaya energi listrik, biaya pemborosan air, biaya pemanfaatan sumber tanah, biaya pengundulan hutan, biaya medis sehubungan dengan penyakit, dan biaya belasungkawa dari mereka yang kehilangan orang yang dikasihinya karena panyakit-penyakit yang berhubungan dengan pola makan daging. Dan karena kita menggunakan panen untuk memberi makan hewan piaraan daripada memberi makan langsung kepada manusia, ada lagi biaya perang dan kelaparan dunia karena kekurangan makanan dan sumber daya lainnya. Jumlahkan itu semua dan kita akan mengetahuinya dengan jelas.

Biaya Pemanasan Global

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37 % gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam jangka 20 tahun dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), 65 % dinitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64 % amonia penyebab hujan asam.

Industri peternakan dan perikanan merupakan sumber utama gas metana di seluruh dunia dan telah kita ketahui bahwa selain CO2, gas metana merupakan penyumbang gas rumah kaca terbesar. Gas metana diemisikan oleh berbagai sumber seperti pertambangan dan penimbunan sampah, tetapi sumber utama emisi gas metana adalah industri peternakan dan perikanan. Industri peternakan dan perikanan menghasilkan lebih daripada 100 juta ton gas metana (CH4) per tahun atau setara dengan 2,4 miliar ton karbon dioksida (CO2). FAO bahkan melaporkan angka yang lebih besar, yaitu 2,8 milyar ton CO2 dihasilkan oleh sektor ini setiap tahunnya. Dan hal ini makin meningkat setara dengan peningkatan tingkat pengkonsumsian produk hewani.

Seekor sapi dewasa mungkin hanya mengemisikan gas metana yang tak begitu besar, yaitu sekitar 80 hingga 110 kg gas metana, tetapi karena ada 12 milyar ternak di seluruh dunia, dan di antaranya ada 1,3 miliar ekor sapi maka peternakan sapi setiap tahunnya melepaskan 60 juta ton gas metana yang setara dengan sekitar 1,4 miliar ton gas karbon dioksida, dan sisanya berasal dari peternakan hewan lain. Tentu tak salah bila kita katakan bahwa peternakan merupakan sumber emisi gas metana terbesar di dunia. Sesuai dengan data dari Environmental Protection, di Amerika Serikat mempunyai lebih dari 100 juta peternakan yang mengemisikan gas metana sebesar 5,5 juta ton per tahun.

Pembakaran hutan, pembakaran semak, dan pembersihan lahan yang dilakukan untuk ladang merumput menghasilkan emisi yang besar. Sesuai data yang diberikan FAO, penggudulan hutan untuk keperluan membuat padang rumput mengakibat emisi karbon dioksida hingga 2.400 milyar kg CO2 per tahun. Setiap detik, hutan tropis seluas satu lapangan bola musnah hanya untuk menghasilkan 257 hamburger. Karena komoditas ekspor utama negara Brasil berupa kacang kedelai dan daging sapi, maka menurut Presiden Brasil, sekitar 80 persen dari pembabatan hutan di Hutan Amazon digunakan untuk menanam pakan ternak dan ladang merumput industri ternak.

Kotoran dari industri peternakan dan perikanan menghasilkan 0,4 juta ton dinitrogen oksida per tahun, atau 7% dari total emisi akibat ulah manusia (antopogenik). Ternak menghasilkan kotoran yang begitu besar dan beratnya dapat berkali-kali lipat dari berat badannya sendiri. Selain itu Amonia yang berasal dari air seni hewan juga mencemarkan atmosfer yang dapat menyebabkan hujan asam.

Pupuk nitrogen yang dipakai untuk menyuburkan lahan untuk menanam pakan ternak secara tidak langsung juga bertanggung jawab atas emisi dinitrogen oksida (N2O) yang menyumbang 65% dari efek gas rumah kaca. Padahal dinitrogen oksida (N2O) merupakan gas rumah kaca yang mempunyai efek pemanasan 296 kali lipat dibandingkan karbon dioksida (CO2). Bukan hanya itu, pupuk dan pestisida yang disemprotkan pada tanaman ikut masuk ke atmosfer dan menciptakan campuran karsinogenik yang berbahaya. Bahkan industri-industri besar yang bergerak di bidang produksi pupuk kimia, obat pembunuh rumput liar, dan bahan kimia pertanian lainnya juga meracuni udara kita.

Energi listrik yang digunakan untuk menyimpan daging, susu, dan produk hewani lainnya juga cukup signifikan. CFC yang terdapat pada alat pendingin itu banyak dilepaskan ke udara dan dapat merusak lapisan ozon.

Bahan bakar fosil yang digunakan untuk mendukung industri ini seperti minyak dan bensin untuk truk dan kapal, rumah jagal, perusahaan susu, serta pabrik pembuat produk berbahan dasar hewani juga menghasilkan emisi CO2 yang harus diperhitungkan.

Emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh industri peternakan jauh lebih besar daripada emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh seluruh transportasi di dunia. Jumlah emisi karbon dioksida dari seekor sapi selama 1 tahun setara dengan karbon dioksida yang diemisikan kendaraan yang bepergian sejauh 70.000 km.

Menurut Gidon Edel, Bard College, dan Pamela A. Martin, University of Chicago, proses pembuatan daging sapi mengemisikan gas rumah kaca 24 kali lipat dibanding gas rumah kaca yang diemisikan dalam proses pembuatan 1 porsi sayuran dan nasi. Untuk memproduksi 1 kilogram daging, telah menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak 36,4 kg.

Kalau kita tidak makan daging, ikan, unggas, susu dan telur maka kita akan dapat mengurangi 50% efek Pemanasan Global yang timbul dari tiap tubuh orang. Kalau dihitung dengan pola dasar rata-rata orang Amerika, bila 1 orang Amerika mengubah pola makanannya menjadi vegetarian maka dia telah menghemat emisi karbon dioksidanya hingga 4,2 kg per hari atau setara dengan penyerapan emisi CO2 yang dilakukan 205 pohon per hari.

Dengan beralih ke pola makan vegetarian berarti kita telah berkontribusi terhadap penyelamatan dunia. Pemerintah di seluruh dunia termasuk di Indonesia harus mulai berpikir untuk memangkas konsumsi daging penduduknya dan menggantikannya dengan pola makan nabati yang ramah lingkungan.

Biaya Pengundulan Hutan

Industri peternakan mendorong terjadinya pembabatan hutan dan industri perikanan juga mendorong terjadinya pembabatan hutan bakau. Padahal kedua hutan tersebut sangat berfungsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pembabatan dan penggundulan hutan demi membuat padang rumput atau menghasilkan bahan pakan hewan menjadi kian besar sehingga kemampuan Bumi kita menyerap karbon dioksida juga makin kecil.

Seorang ilmuwan Amerika Serikat, Jeremy Rifkin mengatakan bahwa sekalipun kita hanya melihat catatan pada tahun 1980 an, tetapi kita dapat menyadari sesuatu bahwa setiap hamburger yang dimakan oleh orang Amerika Serikat memerlukan pembabatan hutan seluas 6 m2, yang digunakan untuk membuat padang rumput. Hutan hujan itu dihancurkan untuk mengasilkan ladang kedelai yang akan diekspor ke Eropa sebagai makanan ternak.

Sejak tahun 1960, sekitar 25% hutan di Amerika Tengah telah dimusnahkan untuk lahan pemeliharaan ternak. Antara tahun 1966 sampai dengan tahun 1983, 38% dari hutan hujan di Amazon dimusnahkan untuk lahan pemeliharaan ternak. Sekarang, 70% dari pembabatan di Hutan Amazon digunakan sebagai padang rumput untuk mencukupi kebutuhan pakan bagi ternak. Padahal hutan ini terkenal sebagai pengikat karbon dioksida dari udara. Jadi dengan merusak Hutan Amazon hal ini dapat membuat tanaman yang mati di hutan melepaskan semua simpanan karbon dioksidanya dan jika mereka terus menghilangkan hutan dengan kecepatan sekarang, maka dalam 50 tahun ke depan tidak akan ada lagi hutan yang tersisa.

Sejak tahun 1945, di Inggris telah kehilangan 95% padang rumput berbunga, 50% daerah hutan liar, 40% wilayah segar, 50% wilayah basah, dan 224.000 km pagar tanaman, semuanya disebabkan oleh peternakan hewan

Jika setiap orang bervegetarian maka hingga 90% tanah yang dipakai untuk peternakan hewan bisa diambil alih untuk wilayah hutan, ruang terbuka, atau hal lainnya.

Biaya Pemborosan Air

Air adalah hal yang diperlukan bagi kelangsungan hidup dari segala bentuk kehidupan di Bumi. Namun, pemakaian yang terlalu berlebihan dari persediaan air di planet kita telah menempatkan sumber yang berharga ini dalam keadaan bahaya untuk generasi sekarang dan mendatang.

Industri peternakan memboroskan banyak sumber air bersih kita. Penelitan Geologikal AS memperkirakan bahwa pada tahun 1990 industri peternakan di seluruh dunia memerlukan hingga 2 milyar galon atau 7,7 miliar liter air (1 galon = 3,885 liter) per hari. Padahal angka ini hanya mencakup penggunaan air yang digunakan untuk fasilitas pengembangbiakan ternak dan tempat penjagalan tanpa memperhitungkan jumlah air yang digunakan untuk membudidayakan biji-bijian yang digunakan sebagai pakan ternak. Pemakaian air bawah tanah untuk menanam tumbuhan bagi konsumsi hewan serta untuk penyediaan air bagi tempat-tempat penjagalan dapat mengakibatkan kekurangan air yang lebih parah.

Peternakan daging dan susu di Inggris menggunakan 70 liter air per hari per hewan atau 160 miliar liter air per tahun secara total. Penyimpanan air tanah di lembah San Joaquin, Amerika Serikat mengalirkan 500 juta galon atau 1.942 juta liter air per tahun untuk menghasilkan daging.

Di Amerika Serikat manusia menghasilkan 6.000 kg tinja setiap detiknya sedangkan hewan ternak menghasilkan 125 ribu kg tinja setiap detiknya. Hewan ternak di Inggris menghasilkan 200 juta ton tinja setiap tahunnya, dan limbah ini sebagian besar berakhir di sungai-sungai kita.

Air buangan yang banyak mengandung darah dari tempat penjagalan berakhir di sungai-sungai kita. Nitrat dan pestisida yang digunakan pada tanaman untuk makanan ternak juga berakhir di sungai dan laut kita.

Sesuai dengan Sensus Pertanian USDA pada tahun 1997, luas tanah yang digunakan untuk menanam pakan ternak mencapai sekitar 11 juta acre atau sekitar 5,5 juta ha (1 acre = 0,4646 ha). Irigasi untuk membudidayakan biji-bijian itu tentu memerlukan air dalam jumlah yang sangat besar. Padahal sebagai besar air itu hilang menguap dalam proses irigasi.

Sekarang pertimbangkan lagi, kita membutuhkan 46 galon untuk memproduksi 1 kg selada, 50 galon air untuk memproduksi 1 kg gandum, 60 galon air untuk memproduksi 1 kg tomat, 98 galon air untuk memproduksi 1 kg apel, 1630 galon air untuk memproduksi 1 kg daging ayam, 3260 galon air untuk memproduksi 1 kg daging babi, dan 10.400 galon air untuk memproduksi 1 kg daging sapi. (1 galon = 3,885 liter)

Atau secara rata-rata, jika Anda mengonsumsi 1 porsi makanan dengan daging sapi, menu ini membutuhkan 1.200 galon air. Untuk 1 porsi makanan dengan daging ayam, Anda telah menggunakan 330 galon air. Sedangkan 1 menu vegan yang komplit, Anda hanya diperlukan 98 galon air.

Jadi, untuk mengurangi jumlah konsumsi air secara nyata, umat manusia memerlukan pendekatan yang baru untuk pola makannya, dan pola makan vegetarian ini sesuai dengan kebutuhan ini.

Biaya Penggurunan Tanah

Ada fakta yang mengatakan bahwa gurun pasir tercipta karena dulunya tempat itu telah digunakan untuk memelihara ternak; karena di mana pun sapi dipelihara, tanahnya sering kali tidak dapat dipakai untuk bercocok tanam lagi. Konsumsi rumput yang berlebihan oleh lembu, domba, kambing, dan ternak lainnya telah mengubah hutan menjadi padang rumput atau lahan pertanian, lalu lahan tersebut pada akhirnya berubah menjadi gurun, atau tanah yang gersang dan semi gersang dapat berubah menjadi gurun.

lapisan vegetasi alami tanah akan hilang dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh angin dan hujan. Sebagai akibatnya, air membawa lapisan atas tanah yang banyak mengandung unsur hara sehingga membuat lahan menjadi tidak subur dan tidak bisa ditanami lagi.

Dengan berjalannya waktu, hewan-hewan ini secara kolektif menghancurkan lapisan pelindung vegetasi alami tanah dan membuat tanah menjadi rentan akan erosi oleh air hujan. Angin kencang juga ikut membawa tanah yang telah terekspos ini menjadi daerah gurun. Dengan kondisi ini, jutaan ton lapisan atas tanah mungkin terkikis dalam sehari. Hal inilah yang membuat penduduk di daerah sekitar tanah itu terkena badai debu dan wilayah itu lambat laun berubah menjadi gurun.

Sesuai dengan Laporan PBB, 33% dari daerah subur yang bisa ditanami di Bumi kita ini digunakan untuk memproduksi pakan hewan. Peternakan mengambil alih 70% dari ladang pertanian dan itu merupakan 30% dari total permukaan darat planet ini. Sebenarnya, para pemakan daging sedang membunuh planet kita sendiri dengan cara memangsanya.

Menurut data lain dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, lebih dari 270 juta km2 ladang pertanian digunakan sebagai penghasil pakan ternak (1999, p.39 dan 41). Lebih lanjut, luas itu bertambah menjadi 1,8 miliar km2 sebagai daerah padang rumput yang digunakan untuk memproduksi daging, telur dan susu. Secara total, industri peternakan mencakup 2,1 miliar km2, dan itu merupakan 57% dari tanah pertanahan dunia (USDA 1999 p.21). Seandainya semua orang Amerika menjadi vegetarian murni maka sekurangnya 461 juta acre atau sekitar 1,8 miliar km2 padang rumput itu dapat digunakan untuk keperluan lain. 14,7 juta ha atau 80% dari tanah yang ditanami di Inggris dipakai untuk menanam makanan ternak.

Penggembalaan ternak merusak tanah. Kawasan daratan yang luas hanya dijadikan lahan untuk menanam satu jenis tanaman saja dan kawasan ini secara perlahan berubah menjadi padang gurun Satu inci lapisan tanah teratas memakan waktu 200-1000 tahun untuk terbentuk - tetapi di AS mereka telah kehilangan 1/3 dari lapisan tanah teratas utamanya dalam 200 tahun ini, sekitar 7 inci karena peternakan hewan. Sekitar 2,08 miliar km2 tanah di AS saat ini telah menderita pengurangan hasil panen sebesar 25-50% sejak penggembalaan yang pertama serta menyebabkan erosi tanah sebanyak 6 milyar ton/tahun.

Tanah seluas 4000 m2 hanya dapat menghasilkan 75 kg daging sapi, tetapi sebaliknya jika ditanam kentang maka dapat menghasilkan 9080 kg kentang. 1 kg daging yang dihasilkan dengan mengorbankan hasil panen, telah mengakibatkan 17 kg humus terkikis. 20 orang yang bervegetarian dapat hidup dari hasil lahan yang setara dengan lahan yang digunakan 1 orang pemakan daging saja.

Karena beternak yang berlebihan, 850 juta orang yang tinggal di daratan terancam oleh penggurunan dan lebih dari 230 juta orang sudah tinggal di daratan yang berpadang pasir sehingga tidak dapat mempertahankan kehidupan mereka serta menghadapi kelaparan sebentar lagi.

Jika manusia terus meningkatkan konsumsi daging dengan laju seperti sekarang ini, maka akan lebih banyak tanah di dunia ini yang dialihfungsikan untuk ternak. Akibatnya, Bumi akan terus kehilangan tanah subur dan tanah gurun akan menjadi semakin luas. Hal ini tentunya akan menambah kerusakan lingkungan kita yang sudah rentan.

Biaya Pemborosan Bensin

Industri peternakan dan perikanan juga memboroskan penggunaan bahan bakar. Peternakan daging dan susu menggunakan miliaran galon minyak untuk menjalankan traktor, bahan bakar kapal dan truk untuk alat transportasi hewan ternak dan makannya, memompa miliaran galon air untuk irigasi sawah dan menjalankan usaha rumah jagal, energi listrik untuk pendingin agar bahan-bahan tersebut tidak membusuk, serta sistem saluran pembuangan limbah untuk membersihkan beberapa polusi yang dihasilkan.

Dalam makalahnya di tahun 2004 “Produksi Ternak dan Penggunaan Energi”, Pimentel memperkirakan bahwa jumlah bensin di Amerika Serikat yang digunakan untuk menopang pola makan daging, jumlahnya sangat mencengangkan, yaitu sebanyak 401 galon bensin setiap tahun, sedangkan untuk pola makan vegetarian sebanyak 219 galon bensin. (1 galon = 3,885 liter).

Untuk menghasilkan 1 porsi brokoli, 1 porsi terung, 4 ons kembang kol dan 8 ons nasi diperlukan 0,0098 galon atau 0,04 liter bensin. Untuk memproduksi 6 ons beefsteak diperlukan 0,1587 galon bensin atau 0,7 liter bensin, atau setara dengan 16 kali lipat kebutuhan 1 piring makanan vegetarian di atas.

Untuk memproduksi 1 kalori protein, kita hanya memerlukan 2 kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, 3 kalori untuk jagung dan gandum; akan tetapi memerlukan 54 kalori energi minyak tanah untuk protein daging sapi! Itu berarti kita telah memboroskan bahan bakar fosil 27 kali lebih banyak hanya untuk membuat sebuah hamburger daripada konsumsi yang diperlukan untuk membuat hamburger dari kacang kedelai!

Ternak hanya mengubah 6% energi yang dimakannya yang terutama berasal dari padi-padian dan kacang kedelai menjadi daging, sisanya 94% terbuang sebagai panas, pertumbuhan bulu, tulang, kotoran, gerakan, dan sebagainya.

Sebuah keluarga yang beranggotakan empat orang, jika mereka makan daging sapi dalam setahun maka bensinnya cukup untuk menjalankan sebuah mobil selama 6 bulan (tergantung seberapa jauh Anda mengemudi!)

Dari data di atas kita dapat mengatakan bahwa seorang vegetarian yang mengendarai mobil-mobil mewah yang menyedot banyak bensin ternyata menghabiskan jumlah kalori yang lebih sedikit daripada seorang pemakan daging yang berjalan kaki. Ini karena energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan makanan berdaging yang akan Anda bakar saat berjalan kaki dalam jarak tertentu lebih banyak daripada energi yang diperlukan untuk mengisi bensin di mobil Anda untuk jarak yang sama.

Di samping itu, perhitungan yang sama pada saat naik sepeda dari situs web www.bicycleuniverse.info yang mengungkapkan bahwa pemakan daging yang bersepeda membakar kalori yang sama saat mereka mengendarai sebuah mobil. Dan seorang vegetarian yang mengendarai mobil sport lebih ramah lingkungan daripada seorang pemakan daging yang mengendarai sepeda.

Biaya Pemborosan Listrik

Untuk mengawetkan sepotong daging atau sebotol susu pada saat pengapalan, membutuhkan energi listrik yang sama besar dengan menyalakan lampu pijar 100 watt selama tiga minggu secara terus menerus.

Biaya Kelaparan Dunia

Tindakan kita memelihara hewan dengan tujuan dipakai sebagai makanan dapat menimbulkan kelaparan dunia, karena bahan pangan yang seharusnya bisa langsung dikonsumsi manusia sebaliknya digunakan sebagai pakan hewan. Sekitar 9 miliar hewan ternak yang dipelihara di Amerika Serikat mengonsumsi tujuh kali lipat hasil panen daripada yang dimakan oleh populasi manusia di negara tersebut. Persentase dari hasil panen yang diberikan kepada hewan ternak juga membubung tinggi di negara-negara berkembang seperti China, Mesir, dan Meksiko.

Antara tahun 1950 dan 1985, produksi panen di Eropa dan AS meningkat secara besar-besaran namun 2/3 darinya atau 70% dari keseluruhan panen digunakan sebagai makanan ternak. Sedangkan 16 kg protein kedelai hanya dapat menghasilkan 1 kg daging. Menurut Institusi Worldwatch, sejak 50 tahun yang lalu permintaan daging dunia telah berlipat ganda sebanyak 3 kali. Jumlah makanan yang dialihkan untuk makanan ternak telah meningkat 4 kali lipat.

Di Inggris, setiap tahun mereka memberi makan ternak dalam jumlah yang cukup untuk memberi makan 250 juta orang, sementara Inggris sendiri mengimpor gandum yang setara dengan £46 juta dari negara-negara dunia ketiga sebagai pakan untuk ternak.

Sementara itu, setiap 3 detik ada satu orang anak yang meninggal karena kelaparan di suatu tempat di dunia atau 24 ribu anak-anak yang meninggal. Di negara-negara dunia ketiga, 1 dari 10 bayi meninggal sebelum ulang tahun mereka yang pertama. Setiap hari, 1 milyar penduduk yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Dan ada 30 juta orang yang meninggal karena kelaparan. Hal ini ironis dengan ladang gandum dan padi yang ditakdirkan untuk hewan-hewan ternak di negara Barat.

Seandainya orang Amerika mengurangi konsumsi daging mereka hingga 10% maka hal itu dapat menghemat 12 juta ton padi-padian yang cukup untuk memberi makan 60 juta orang (jumlah penduduk Inggris). Dan seandainya seluruh orang Amerika menjadi vegetarian, maka hal itu akan menghemat padi-padian yang dapat memberi makan 600 juta orang (jumlah penduduk India).

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada 2007 menyatakan bahwa jumlah orang yang menderita kelaparan telah meningkat sebesar 75 juta, sehingga membuat jumlah total orang yang kelaparan di dunia kira-kira 923 juta orang. Sekitar 756 juta ton biji-bijian ditambah sebagian besar panen kedelai dunia dipakai untuk memberi makan ternak.

Surendra Shrestha, Direktur Mobilisasi Strategis Sumber Daya Alam PBB bagian Program Lingkungan PBB (UNEP) mengatakan “Jadi jika gaya hidup dari masyarakat dunia terus membebani sumber daya alam planet kita yang satu-satunya, yang tentu memiliki keterbatasan dalam jumlah tanah, air, serta keanekaragaman hayati; maka kita akan mengalami krisis sumber daya alam. Kita memberi makan 50 miliar hewan ternak demi mencukupi 6,7 miliar penduduk dunia saat ini. Jadi ini berarti 70 persen dari padi-padian yang dihasilkan di AS diberikan kepada hewan ternak. Lebih dari 40 persen padi-padian yang dihasilkan dunia telah diberikan kepada hewan ternak.”

Sebuah karangan oleh Chris Holbein dari Kelompok Perlakuan Etis terhadap Hewan (PETA) menunjukkan bahwa 40 juta ton makanan dapat memenuhi kebutuhan dari kira-kira 854 juta orang yang saat ini sedang kelaparan di dunia. Namun, manusia sebaliknya memberi 760 juta ton makanan kepada hewan peliharaan yang akhirnya akan dibunuh. Di AS saja, biji-bijian dan kacang kedelai yang diberikan kepada ternak yang tidak berdosa dapat memberi makan 1,4 milyar orang.

Dr David Archer, Profesor Sains Geofisika Universitas Chicago, AS mengatakan: “Sangatlah jelas bahwa saat kita menanam biji-bijian untuk diberikan kepada hewan, maka kita telah kehilangan 90 persen energi dari biji-bijian itu. Selain itu, bukan saja semakin banyak orang yang kelaparan karena kurangnya hasil panen, tapi mereka telah menemukan hal ini juga memerlukan lebih banyak bahan bakar minyak agar produksinya dapat berlangsung.”

Dari data di atas kita dapat mengetahui bahwa semua orang yang masih makan daging bertanggung jawab bagi kelaparan di dunia. Ini bukan hanya pendapat sepihak, tetapi para peneliti yang merupakan manusia paling pandai yang memberikan fakta serta bukti ilmiah ini kepada kita.

Biaya Kerusakan Laut

Memancing dengan jala yang digerakkan mesin pendorong atau alat modern lainnya dapat merusak dan menghancurkan ekosistem secara membabi buta serta membunuh milyaran mahkluk laut maupun merusak dasar laut. Jala dari para pemancing dapat membunuh hewan lainnya hingga 10 kali lipat dari ikan yang ingin ditangkap, termasuk di antaranya ikan lumba-lumba atau ikan paus yang secara tidak sengaja tertangkap.

Selain itu, hal yang sangat mengejutkan dalam penelitian adalah biaya energi dari memakan ikan hampir sama besarnya dengan makan daging merah. Ini karena biaya yang sangat besar dari menjaring ikan di kapal. Untuk manusia, efisiensi energi (energi keluaran dibagi dengan energi masukan) dari protein udang, misalnya, adalah 0.5%, dibanding 510% untuk gandum. Produk-produk hewani lainnya jatuh dalam kisaran 3%.

Biaya Ekonomi

Konsumsi daging selama ini telah menjadi salah satu faktor kebangkrutan ekonomi dunia. EC menghabiskan US$100 juta untuk menyubsidi produksi hewan yang mengakibatkan berdanau-danau susu yang dibuang karena tidak dikehendaki dan bergunung-gunung daging serta mentega yang tidak dikehendaki. Uang ini sebenarnya bisa digunakan dengan lebih baik untuk mendukung produksi buah, sayuran, dan biji-bijian organik.

Pada tahun 1979 hasil Bumi yang dijadikan makanan ternak yang hanya menghasilkan 21 juta ton tubuh hewan - biaya dari hasil Bumi yang disia-siakan ini berjumlah US$20 miliar.

18% dari tanah pertanian di dunia memakai sistem irigasi dan karena pemanasan global meningkat yang sebagian diakibatkan oleh peternakan hewan, maka dana yang dibutuhkan untuk membuat sistem ini berjalan sebesar US$200 juta.

Anggaran belanja bahan kimia yang digunakan industri peternakan dan perikanan mencapai sekitar 16% dari keseluruah, yang bernilai sekitar US$5 miliar.

Meskipun perkiraan di atas kasar, tetapi mereka memberikan suatu pandangan bagi kita bahwa produksi pakan hewan mengakibatkan beban ekonomi yang cukup besar bagi dunia.

Biaya Medis

Sebagaimana yang sudah kita ketahui, kebanyakan penyakit mematikan berasal dari makan daging, itu karena hewan ternak diberikan obat antibiotik, hormon, pestisida yang berasal dari makan ternak, serta racun yang dihasilkan karena ketakutan hewan saat ingin dibunuh. Karena kita makan semua zat ini, maka tubuh kita kehilangan kekebalan diri terhadap penyakit. Zaman sekarang, berbagai jenis penyakit telah membunuh sekitar 18 juta orang dalam setahun.

Sapi dibesarkan dengan makanan yang berasal dari sisa makanan sapi atau domba lain. Sapi di peternakan AS diperkirakan terkena BSE (penyakit sapi gila) karena diberi makan pelet (berbentuk butiran) dari makanan hasil daur ulang. Hewan ternak mengandung hingga 50% lemak jenuh di dalam tubuhnya. 80% faktor keracunan makanan disebabkan oleh daging yang terinfeksi (kotoran, bakteri, dsb). Selain itu, daging adalah bangkai yang telah busuk, di dalamnya banyak bakteri salmonela yang juga ditemukan dalam telur. Ikan mengandung logam berat dan polutan lainnya yang kebanyakan berasal dari polusi air.

Sejak tahun 1959, dua puluh empat ledakan penyakit Flu Avian Patogenik Tinggi yang mematikan telah terjadi, semua berasal dari peternakan babi dan unggas, dan pada tahun 1997, epidemi flu dunia nyaris tak terhindarkan. Wabah ini bahkan melanda sampai ke negara kita.

Kuning telur penuh dengan konsentrasi lemak jenuh dan putih telur penuh dengan protein albumen yang berhubungan dengan larutnya kalsium ke dalam urine kita. Mentega mengandung 80% lemak jenuh, kream mengandung 40% lemak jenuh, dan keju mengandung 25-40% lemak jenuh.

Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan pola makan yang rendah lemak, gula, dan garam; mereka menyarankan makanan yang penuh dengan serat - persis seperti apa yang kita dapatkan dalam makanan vegetarian, karena vegetarian dapat menurunkan tingkat kematian sebesar 20% dari segala penyebabnya.

Para vegetarian memiliki tingkat tekanan darah serta tingkat kolesterol yang lebih rendah – tekanan darah dan tingkat kolesterol yang tinggi berhubungan dengan penyakit jantung, stroke, serta kegagalan ginjal sehingga pola makan ini dapat mengurani resiko penyakit jantung sebesar 24%, sedangkan para vegan berkurang 57%. Penyakit jantung adalah pembunuh tertinggi di Inggris hingga 50% kematian. Para vegetarian berkurang terkena resiko kematian akibat diabetes sebesar 50%.

Kegemukan juga jarang ditemui di kalangan vegetarian, sedangkan kegemukan berhubungan erat dengan banyak penyakit. Orang China Daratan (yang kebanyakan hidup dengan pola makan vegetarian) mengonsumsi 20% lebih banyak kalori dibandingkan dengan orang Amerika, tetapi orang Amerika 20% lebih gemuk.

Produk sampingan beracun dan pencernaan lemak dan protein hewani yang berlebihan dapat merusak DNA, dan mengubah sel-sel menjadi kanker. Para vegetarian memiliki 40% lebih kecil terkena resiko kanker dibandingkan dengan populasi pada umumnya, hal ini diperkiraan karena para vegetarian memperoleh asupan vitamin A, C, dan E yang lebih tinggi.

Kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. Namun, saat minum susu, konsentrasi kalsium dalam darah Anda tiba-tiba meningkat. Walaupun sepintas lalu hal ini mungkin terlihat seperti banyak kalsium telah terserap, tetapi peningkatan ini mempunyai sisi buruk. Oleh sebab itu tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan abnornal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Dari empat negara susu besar- Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia- di negara yang banyak sekali mengonsumsi susu setiap harinya, ditemukan banyak kasus retak tulang panggul dan osteoporosis.

Banyak orang ingin beralih ke pola makan vegetarian akan tetapi beberapa dari mereka khawatir tentang kekurangan protein dan gizi. Ketahuilah bahwa empat potong tempe sudah cukup memenuhi protein tubuh Anda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan bahwa 4,5% kebutuhan kalori setiap hari diambil dari protein, gandum memiliki 17% kalori protein, brocoli memiliki 45% dan beras memiliki 8%. Sangatlah mudah memperoleh pola makan yang kaya protein tanpa makan daging. Sangat baik memasak kombinasi dari berbagai kacang-kacangan, beras merah, dan biji-bijian lainnya. Dengan cara ini, Anda akan mempunyai nutrisi yang cukup dan bisa mengucapkan selamat tinggal kepada banyak penyakit.

Vegetarian bukan hanya lebih sehat, mereka dapat juga lebih pandai, rupawan, dan berhasil. Saat ini ada banyak ilmuwan, selebriti, dan seniman yang bervegetarian.

Biaya Penderitaan Hewan

Pokok persoalan lain yang tidak dapat diukur dan perlu dipertimbangkan adalah aspek kesejahteraan hewan serta pengaruh moral dari penyembelihan hewan secara masal terhadap kesadaran manusia. Membunuh hewan untuk kesenangan indra atau membayar orang lain untuk melakukan hal itu untuk diri kita dapat memperkeras hati kita, menyebabkan perang, serta bentuk-bentuk kekerasan lainnya. Selain itu jika Anda mencari uang dengan darah, itu akan menurunkan kehormatan Anda.

Anak ayam jantan yang tidak diinginkan (karena mereka tidak dapat bertelur) dibinasakan dengan gas atau digiling sampai hancur. Sementara anak ayam betina paruhnya dipotong tanpa pembiusan untuk mencegah mereka saling mematuk karena mereka dimasukkan ke dalam kandang sempit tanpa jendela. Mereka bahkan tidak dapat melebarkan sayapnya dan yang lainya bahkan tidak dapat berdiri. Kandang ayam pedaging dinyalakan lampunya selama 23 jam sehari untuk mengasilkan pertumbuhan yang pesat.

Metode peternakan modern menggunakan hormon penumbuh daging dan sinar buatan untuk membesarkan anak ayam yang membuat banyak ayam yang tumbuh melampaui kapasitas pertumbuhan tulangnya sehingga mengakibatkan tulang mereka rapuh dan kaki mereka patah.

Induk-induk babi dikurung dalam kandang seluas 1,3 meter x 1 meter di lantai beton atau logam, mereka bahkan tidak bisa memutarkan tubuhnya.

Sapi secara alami dapat hidup lebih dari 20 tahun tetapi mereka dibantai setelah 5 sampai 7 tahun ketika produksi susu mereka mulai berkurang. Untuk menandai sapi dengan tujuan identifikasi, para peternak menekan besi panas yang membara ke daging sapi sementara mereka melenguh kesakitan. timbul luka bakar tingkat tiga. Kelamin anak sapi jantan dipotong dari kantung kemaluannya, dan semua itu dilakukan tanpa diberikan penghilang rasa sakit.

Sapi-sapi yang dipelihara untuk diambil susunya, secara berulang-ulang dibuat hamil kembali dan bayi-bayi mereka diambil sehingga manusia dapat minum hasil susunya yang sebenarnya dimaksudkan untuk bayi-bayi sapi. Sapi-sapi tersebut dihubungkan dengan mesin-mesin beberapa kali sehari dan menggunakan manipulasi genetik, hormon-hormon yang kuat, dan penyedotan susu yang intensif. Sapi secara alami biasanya menghasilkan 5 liter susu per hari untuk anak-anaknya, tetapi di bawah sistem peternakan modern yang intensif, mereka menghasilkan 25-40 liter susu per hari sehingga mengakibatkan kantung susunya meradang dan membengkak, dengan demikian mereka mudah menjadi letih.

Amerika Serikat sendiri telah membunuh lebih daripada 10 juta hewan setiap tahun. Hal ini dilakukan hanya demi mempertahankan sifat kerakusan akan daging yang tak dapat kita bandingkan pada zaman dahulu kala ketika “sebuah ayam di mangkuk” merupakan sesuatu hal yang mewah.

Para hewan dibawa dari peternakan ke rumah jagal dengan transportasi yang penuh sesak dan tanpa makanan maupun air sehingga menimbulkan stres, luka-luka, dan kematian. Persyaratan resmi yang ada seringkali diabaikan. 95% hewan ternak menderita luka-luka sebelum akhirnya dibunuh dan 30% di antaranya menderita patah tulang.

Masalah yang mengerikan adalah ada banyak hewan yang digorok lehernya pada saat mereka masih sadar (sekitar 6% atau 200.000 sapi per tahun) atau dimasukkan ke dalam tangki berisi air mendidih (untuk menghilangkan bulu-bulu halus dan keras mereka) ketika mereka masih penuh dengan kesadaran. Setiap menit ada 4000 ekor hewan yang mati di rumah jagal Inggris dan mereka mati dengan menyemburkan darah.

Sapi membantu menyuburkan tanah, dan memberi susu untuk anak-anak yang tidak mempunyai susu ibu, atau memberi susu kepada makhluk apapun, untuk segala hewan juga, dan mereka memberi susu untuk dibuat keju. Mereka tidak keberatan melakukannya. Kita dapat mengatakan bahwa sapi adalah ibu kita yang kedua. Tetapi lihatlah apa yang kita lakukan terhadap mereka.

Ketika kalian memandang ke dalam mata seekor hewan, kadang kalian akan menyadari “Kita adalah sama.” Dan perasaan itu akan mengirimkan getaran ke seluruh tubuh kalian, dan akan memberikan suatu pencerahan yang tidak dapat kita bayangkan. Mereka tidak melakukan apapun kepada kita. Tetapi kita, sebaliknya, menjadikan mereka korban berbagai macam penderitaan. Beberapa dari mereka bahkan bekerja membantu kita, dan kita masih juga membunuh mereka untuk dimakan. Tidak ada rasa “Terima Kasih” untuk mereka, tidak ada! Bahkan tidak juga kematian yang damai dan bermartabat. Kita membunuh dan memakan mereka tanpa belas kasihan, tanpa penyesalan yang dalam, bahkan tanpa berpikir bahwa kita tidak seharusnya melakukan hal itu. Kita melakukannya seperti sesuatu yang biasa, dan kita menyebut diri kita manusia cerdas, ciptaan tertinggi.

Di dunia ini, jika kita membunuh seseorang, maka itu disebut pembunuhan dan kita harus masuk penjara dan seterusnya. Tetapi kita telah membunuh milyaran, trilyunan, ziliunan hewan setiap hari, tetapi tidak ada seorang pun yang masuk penjara. Bersama-sama, kita seharusnya dapat menciptakan masyarakat yang lebih manusiawi terhadap seluruh penghuninya, termasuk para satwa.

Biaya Masyarakat

Secara tidak langsung, peternakan hewan juga telah memberi dampak bagi masyarakat kita. Konsumsi daging dapat menciptakan peperangan. Leo Tolstoy mengatakan, "Selama ada rumah jagal, selalu akan ada medan perang. Pola makan vegetarian merupakan suatu ujian prikemanusiaan."

Sebuah contoh, intensifikasi peternakan telah memindahkan 1.000.000 penduduk dari tanah tradisional mereka, sebagai contoh orang-orang di Amerika Selatan dan Tengah, penduduk asli Amerika di Amerika Selatan, dan di Inggris, hal ini masih berlanjut sampai hari ini

Orang-orang yang dipindahkan dari tanah asal mereka ke kota lain menderita kekurangan gizi, terkena berbagai macam penyakit, parasit, dan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Berubah menjadi vegetarian benar-benar tidak membutuhkan tambahan biaya apapun, bahkan sebaliknya kita dapat menghemat banyak, bandingkan dengan membeli mobil ramah lingkungan yang harganya sangat mahal. Seperti yang kita ketahui, dalam skala besar pola makan ini juga dapat mengurangi pemborosan energi, pemborosan sumber daya, dan memulihkan kebangkrutan ekonomi dunia.

Jika kita sudah membaca sampai sejauh ini maka kita mulai mengerti bahwa industri daging dan susu merupakan penyebab utama kesengsaraan planet ini. Mereka merusak kesehatan penduduk di negara-negara kaya, mengakibatkan kelaparan di negara-negara miskin, menyiksa dan membunuh milyaran hewan setiap tahun, selain itu mereka merupakan salah satu faktor utama kerusakan lingkungan.

Baiklah, satu-satunya kemenangan mereka adalah “Daging enak” – cukup adil bagi banyak orang yang menyukai kelezatan daging – tetapi masih ada banyak pilihan lain yang lebih lezat (pertimbangkanlah aneka masakan vegetarian India – salah satu seni memasak kuno yang paling muktahir di dunia) dan jika Anda benar-benar kecanduan daging dan susu, sekarang ada banyak pilihan yang sehat tanpa produk hewani – cari saja di supermarket dan toko makanan kesehatan. Jadi sangatlah menyedihkan jika Anda telah mengetahui segala bukti lalu hanya berkata “Baiklah saya tahu, Anda benar soal lingkungan, kesehatan, dan hewan – tetapi saya tetap menyukai daging.”

Referensi: http://www.suprememastertv.com/ina http://www.botany.uwc.ac.za/Envfacts/facts/desertification.htm http://www.earth-policy.org/Books/PB/PBch1_ss4.htm http://www.ciesin.org/docs/002-193/002-193.html http://www.worldwatch.org/pubs/sow/2005/tocid/225/ http://www.viva.org.uk/guides/feedtheworld.htm http://www.bodyfueling.com/ARTICLES/GMOs1.html http://www.nrm.qld.gov.au/slats/report.html


Originally taken from Mengapa Kita Harus Vegetarian
Nah itu dia temans sekian banyak panjang lebar alasan buat kita beralih menjadi seorang Vegetarian.. :) Sadarkah kita kalau bumi ini hanya titipan dari anak dan cucu kita kelak...???
Thank you so much... Le gra go deo... xxx

No comments: